You are currently viewing Betingkah Alu Selesung, Warisan Budaya Natuna yang Diakui Indonesia

Betingkah Alu Selesung, Warisan Budaya Natuna yang Diakui Indonesia

Betingkah Alu Selesung merupakan seni tradisi dari Natuna. Pada tahun 2021, setelah mengadakan sidang di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menetapkan kesenian ini sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) miliki Indonesia. Betingkah Alu Selesung berasal dari 3 kata, yaitu Betingkah yang berarti memukul sesuatu dengan membuat irama, Alu yang berarti alat untuk menumbuk sesuatu, dan Selesung yang berarti satu lesung, wadah dimana alu ditumbuk.

Dahulu musim panen merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, sebagian dari hasil panen tersebut disimpan di lumbung padi dan sebagian diolah secara tradisional. Pengolahan secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat menggunakan alat lesung besar yang terbuat dari kayu belian atau batang meghis yang berukuran besar dan untuk menumbuknya digunakan beberapa anak alu yang juga terbuat dari batang kayu yang sama.

Dari alat tersebut, masyarakat membuat makanan yang bernama mbeng. Mbeng merupakan makanan sejenis oat, yang akan mengembang jika diberikan air. Mbeng menjadi makanan utama masyarakat sebab keterbatasan alat mengolah padi menjadi beras pada saat itu.

Proses membuat mbeng adalah dengan cara menumbukkan padi yang sudah disangrai di dalam lesung dengan alu. Pada proses membuat mbeng inilah yang menghasilkan beragam bunyi atau nada-nada yang enak di dengar. Dari berbagai bunyi tersebut terciptalah berbagai jenis irama yang lambat laun menjadi kesenian alu.

Pada saat ini, Alu Selesung sudah berubah fungsi yang dulunya sebagai alat penumbuk padi sekarang menjadi kesenian musik tradisional khas Kabupaten Natuna yang di tampilkan pada setiap acara kebudayaan. Alu Selesung biasanya dibawakan oleh 7 orang pemain, 4 orang pemain menumbuk dibagian sisi luar Alu dan 3 orang di bagian dalam Alu. Di Natuna kesenian ini bermula di wilayah Kecamatan Bunguran Timur Laut tepatnya di Desa Ceruk, karena desa tersebut dulunya terkenal dengan hasil panennya yang melumpah ruah.

Tinggalkan Balasan