You are currently viewing Mengenal Geosite Tanjung Datuk
sumber: Dispar Natuna

Mengenal Geosite Tanjung Datuk

Tanjung Datuk merupakan salah satu Geosite yang ada di Geopark Natuna, yang terletak di ujung utara Pulau Bunguran. Secara administratif, Geosite ini berada di wilayah administrasi Desa Pengadah, Kecamatan Bunguran Timur Laut.

Geosite Tanjung Datuk berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Ranai, sehingga cara untuk mencapai ke lokasi Geosite ini cukup mudah. Akses jalan yang memadai membuat perjalanan dari Kota Ranai ke Tanjung Datuk bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 90 menit dengan kecepatan rata-rata. Disarankan untuk tidak terburu-buru ketika menuju geosite ini, karena kita akan disuguhkan dengan pemandangan-pemandangan indah pesisir timur pulau Bunguran selama perjalanan.

tebing di Tanjung Datuk. (foto: Dispar)

Tanjung Datuk ditetapkan sebagai geosite berperingkat lokal tak lama setelah ditetapkannya Natuna sebagai geopark Nasional pada 2018 lalu. Nilai-nilai geologis yang terdapat di Geosite ini adalah batuan sedimen fluvial berusia 38 – 5,1 juta tahun. Komponen Geologi pada Geosite Tanjung Datuk terdiri dari Batupasir endapan sungai yang berwarna kecoklatan dan memiliki butiran berukuran sedang-kasar. Pada lapisan batupasir dapat teramati perlapisan sejajar dan silang siur. Batuan di lokasi ini termasuk ke dalam Formasi Pengadah yang berumur Oligosen-Miosen berdasarkan penyetaraan dengan formasi di Cekungan Natuna Barat.

Struktur Geologi dari Geosite Tanjung Datuk ini adalah lapisan batupasir yang memiliki kemiringan landai (100-200) ke arah barat laut. Sedang bentang alamnya merupakan sebuh tanjung dengan tebing tinggi menjulang hingga puluhan meter di atas permukaan laut.

Tanjung Datuk. (Foto: Hermandhes)

Di sekitar geosite banyak ditemui tumbuhan kantong semar, yang oleh bahasa lokal disebut dengan suyut. Tanaman ini tumbuh di sela-sela lapisan bebatuan di Tanjung Datuk. Selain itu, pemandangan alam di geosite ini juga tak kalah menarik, Laut Natuna Utara menjadi pemandangan pertama dari Geosite Tanjung Datuk, tambahan Pulau Panjang dan Pulau Pendek di Desa Teluk Buton menambah keindahan pemandangan di sini.

Dalam hal budaya, Tanjung Datuk memiliki cerita rakyat yang begitu melekat di masyarakat Natuna, khususnya di wilayah Bunguran Timur lama (saat ini sudah terbagi menjadi kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Timur Laut, Bunguran Selatan dan Bunguran Tengah). Sebuah cerita tentang sepasang muda mudi yang memadu kasih namun tak mendapat restu dari orang tuanya, si Pria dari Tanjung Senubing, dan si Wanita dari Tanjung Datuk. Cinta yang tak direstui tersebut akhirnya menjadi sumpah serapah yang menjadi pegangan masyarakat hingga saat ini. Sebagian masyarakat Natuna meyakini bahwa jika sedang berada di Tanjung Datuk, dilarang untuk menunjuk dan menyebut Tanjung Senubing, begitu pula sebaliknya. Jika dilanggar maka sesuatu yang buruk akan terjadi.

Selain menikmati keindahan alamnya, Geosite Tanjung Datuk juga bisa dimanfaatkan sebagai objek penelitian dan wista edukasi mengenai kebumian. Di sini kita bisa mempelajari batu pasir dari endapan sungai purba yang berasal dari zaman oligosen – miosen. Zaman oligosen merupakan ukuran waktu geologi dari sekitar 34 – 23 juta tahun yang lalu.

Tinggalkan Balasan