Pulau Senue merupakan salah satu geosite indah yang ada di Geopark Natuna. Saat ini Pulau Senue merupakan satu dari tiga Geosite di Geopark Natuna yang berbentuk pulau, dua lagi yaitu Geosite Pulau Akar dan Geosite Pulau Setanau. Pulau Senue merupakan Geosite yang unik, karena selain sebagai salah satu situs Geopark Nasional Natuna, Pulau Senue merupakan salah satu dari tujuh pulau terdepan milik NKRI yang tertuang dalam Keputusan Presiden.

Letak Pulau Senue tidak begitu jauh dari pusat Kota Ranai. Banyak jalan menuju pulau ini, namun yang umum digunakan adalah dari pelabuhan Teluk Baruk di desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur. Jaraknya hanya sekitar 5 km dari pusat kota. Di pelabuhan Teluk Baruk, sudah banyak pompong (kapal mesin kayu dengan ukuran kecil) yang siap membawa kita ke Pulau Senue ini. Dengan waktu tempuh sekitar 30 menit ditambah lagi pemandangan yang luar biasa indah selama perjalanan mejadikan perjalanan kian tak terasa.
Pulau Senue jika dilihat dari pantai timur pulau Bunguran memiliki bentuk yang khas, yaitu seperti orang hamil yang sedang tertidur. Bentuknya yang khas ini tak lepas dari cerita dan legenda yang beredar di masyarakat Natuna. Alkisah dahulu hiduplah sepaang suami istri yang merantau di kampung orang, mereka berdua disambut baik oleh warga kampung, dibantu segala keperluannya meski hidup warga kampung juga jauh dari layak. Sehingga suatu ketika sang suami menemukan sarang gamat yang merupakan barang berharga saat itu, dan menjadi kaya rayalah sepasang suami istri ini. Bergelimang harta membuat sang istri menjadi sombong dan tak peduli tetangga rumah. Bahkan warga yang datang ingin meminta bantuanpun ditolak dan dicaci maki oleh sang istri.

Hingga tibalah sang istri hamil dan saatnya melahirkan, namun tak seorangpun warga kampung yang sudi membantunya, sang istri memaksa suami untuk mencari pertolongan di kampung seberang, naik perahu dengan membawa serta harta benda yang ia miliki. Setelah berada di tengah laut, petir menggelegar beserta ombak yang menggunung, kapal sepasang suami istri ini terombang ambing di tengah lautan. Kapal yang sudah penuh dengan harta benda mereka akhirnya pecah dan tenggelam, sehingga suami istri ini timbul tenggelam di tengah lautan. Lambat laun jadilah ia sebuh pulau, sementara harta bendanya menjelma menjadi burung walet yang saat ini mendiami pulau tersebut.

Begitulah cerita Pulau Senue secara singkat, sebuah cerita rakyat yang penuh makna serta nasihat. Pemberian nama pulau ini juga diangkat dari legenda tersebut. Senue merupakan bahasa lokal yang berarti sebadan due nyawe (satu badan dua nyawa). Hingga saat ini legenda tersebut masih melekat dan sering diceritakan oleh masyarakat Natuna.
Pulau Senue ditetapkan sebagai situs Geopark karena memiliki nilai warisan geologi berupa batuan sedimen laut dalam yang berusia 163-88,5 juta tahun, sekitar era Jura Akhir hingga zaman Kapur Tengah. Pulau Senue, selain memiliki keragam geologi juga memiliki alam yang indah, sehingga sangat cocok dijadikan geoswiata dan tempat untuk konservasi dan penelitian mengenai kebumian.